Selasa, 14 Juni 2011

Belajar Menulis

Ini adalah tulisan pertamaku tentang Ibu-ibu Narsis di Grup IIDN. Setiap ibu boleh menulis tentang kehebatannya masing-masing. Baca bolak-balik semua cerita tentang ibu yang ada di rumah, lah kok baru ada satu ibu yang kerja ya. Bingung apa yg mau ditulis, mataku tertumbuk sebuah post yg bertanya apakah ibu yg bekerja boleh menulis ibu narsis juga? Tiba-tiba ada yg menggelora di dalam dada (cieh).. dan jadilah tulisan narsis ini. Tulisan pertamaku.. yang nekat senekat-nekatnya.
-------------------------------------

"IBU YANG BEKERJA"
oleh Wahidah miZu

Mungkin kebalikan dari ibu-ibu yg lain.. tidak pernah terlintas dibenakku untuk menjadi seorang ibu yang bekerja diluar rumah. Mimpiku sejak kecil adalah menjadi ibu dirumah yg mempunyai bisnis sendiri dan tetap menekuni hobi ku ber-kerajinan tangan.  Tetapi kuliahku di sebuah sekolah kedinasan membuatku harus menjalani ikatan dinas sebagai seorang abdi pemerintah, tak tanggung-tanggung 10 tahun.  Kemudian bertambah lagi karena aku kembali mendapat beasiswa untuk melanjutkan kuliah.

Menikah adalah titik balikku menemukan kembali dunia yg aku idam-idamkan. Kesukaan membaca sejak umur 3 tahun benar-benar membantuku melewati hari-hari menjadi seorang ibu dengan mulus. Kegilaanku akan kerapihan membuatku bisa teratur dalam segala hal.  Dan ketertarikanku pd komputer membuatku tercebur ke sebuah komunitas di instansi tempatku bekerja.  Bermula dari  suatu topik soal kekhususan wanita, aku banyak berbagi tips dan trik bahkan produk yang bisa teman-teman gunakan.  Entah siapa yg memulai.. Master, itulah panggilanku dikalangan teman-teman instansi se-Indonesia sampai sekarang. Malu.. iyalah.. lah awalnya dibilang master  dalam hal ‘itu’ kok (tutup muka). Thank God, sekarang berubah jadi Master di perdapuran.

Ada masanya aku pernah menyesali karena aku bekerja, tetapi seiring berjalannya waktu.. aku mulai menemukan bahwa aku tetap bisa berkontribusi dalam banyak hal. Aku tetap bisa menghandle rumah tanggaku, mendidik ketiga putra aktifku, memasak, mempunyai bisinis kue, menekuni hobby kerajinan tangan, bergaul, dan terlibat banyak hal lain. Semua bisa berjalan .. tidak mulus.. tetapi  terus bergerak.  Hari-hariku penuh dengan suka cita, karena aku bisa berbagi ke banyak teman lewat konsultasi kecil di G-talk/bbm/sms. Dari sekedar resep, tanya bahan, tanya teknik, trik memasak, soal khadimat, bahkan sampai curhat bisnis. Buatku, berbagi itu melegakan hati.

Eh, bukan sekali dua ada yg bertanya bagaimana caraku membagi waktu. “kapan buatnya?” tercetus saat aku menyerahkan sebuket bunga flannel. Atau saat aku bawa bundelan aktifitas anak, kapan carinya? Aku cuma bisa menjawab..  thanks to internet dan teman-teman dunia maya. Saat aku butuh bahan belajar untuk anak, ada yang kirim. Saat aku bingung ini flannel mau diapain, ada youtube. Saat  butuh belajar tentang matahari, ada secondlife yang bisa aku jelajahi bareng anak-anak.  Saat aku buka bekal makan siang.. eh ditanya juga: “jam berapa masaknya?” hahahaha. Aku sampai bikin satu tulisan tersendiri soal masak cepat, juga soal menjadi manajer rumah.  Menjadi ibu yang bekerja membuatku belajar banyak hal, belajar soal konsep diri, soal manajemen diri, termasuk belajar berkompromi terhadap standar yg aku tetapkan sendiri.

Hari ini, aku bisa tersenyum kecil  mengingat pembelajaranku di hari-hari yg lalu. Membaca catatan-catatan kecil soal Asi, Mpasi, homeschooling, dll membuatku merenung. Hari-hari telah menempaku hingga saat ini bisa dengan bijak menanggapi keluhan beberapa ibu di sebuah grup ibu bekerja soal keinginan resign dan kesedihan soal anak-anak yang ditinggal dirumah. Bisa memandang persoalan dengan lebih menyeluruh, ehm ini kayaknya karena dah tuaaa deh. Tapi jugaaa tetep ada yg gak bisa hilang, hobi pamer dengan apa yg dihasilkan.  Karena mengutip sebuah komunitas, “Narsis is business”. Kalo gak narsis, siapa yg tahu aku bisa dekor cake dengan cantik, ya gak? Narsis itu penting buat bisnis :p

Yah beginilah aku -a happy working mom- yg punya tagline “I am flexible, open to changes, eager to learn, and I know I can do it”. Belajar dan terus belajar (walau nulis gak pernah bisa nyambung, tapi cuek ahhh). So, jadi ibu bekerja? Siapa takut? Karena pada dasarnya (mengutip Fita Cakra) : 'fulltime mother, working mom, wahm, apapun predikat yg disandangnya, tetaplah seorang IBU. Semua ibu, apapun profesinya, tetap menjadi "ibu yg bekerja". Entah itu bekerja dikantor atau dirumah. Karenanya, menjadi IBU, apapun pilihan yg diambilnya, adalah sebuah KEISTIMEWAAN.'  Aku bahagia.. karena aku Istimewa.
Gimanaaaa.... Mau dibantai? Yukkk.. mareeee..



0 comments:

Posting Komentar

Share & Enjoy

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More